Kamis, 29 November 2012

Kasih yang tulus (Cerpen)

“ S’makin lama, s’makin panas aja udara disini .. “ Sahut Yuna
            “ Ia .. “ Jawab Nano, teman Yuna
            Saat itu mereka sedang berjalan pulang dari sekolah tepatnya jam satu siang. Walaupun teman-teman mereka yang lain menggunakan kendaraan untuk pulang, mereka tetap berjalan saja karena hidup mereka yang sederhana. Sayangnya, dibalik kesederhanaan itu, Yuna,  tidak menerima keadaannya saat ini, ia begitu iri dengan teman-temannya yang lain, sombong dan suka membicarakan orang lain sayangnya ia hidup hanya berdua dengan Ibunya, ayahnya telah lama pergi meninggalkan Yuna dan Ibunya karena kemiskinan yang mereka alami. Dan Nano sudah terbiasa dengan itu semua, seakan-akan telinga dan semua tentang Yuna hanyalah sifat sementara.
            “ Aku duluan ya.. “ Kata Nano sambil melambaikan tangan.
            Tiba-tiba sebuah mobil lewat
dan memercikkan lumpur ke badan Nano. Yuna yang melihatnya tertawa dan merasa jijik, langsung pergi begitu saja, tanpa ada pertolongan sedikit pun. Nano yang sudah terkena lumpur hanya diam saja, dan pergi, walaupun ia berharap ingin ditolong oleh Yuna, sayangnya ia tetap bersikap tidak peduli. Ketika Yuna sedang di rumah,
            “ Bu.. Bu… Aku mau makan.. “ Teriak Yuna
            “ Maaf nak ..” Jawab si Ibu.
            Karena kesal tidak ada makanan di rumah, ia marah lalu masuk ke dalam kamar dan membanting pintunya, Ibunya hanya bisa bersabar dan mengelus dada.
            “ Nak.. sekarang sudah magrib, shalat dulu ya .. “
            “ Ngantuk ..”
            Yuna hanya bisa bermalas-malasan di kamarnya tanpa memperdulikan Ibunya. Saat itu, Nano datang untuk mengerjakan tugas bersama. Namun, Yuna hanya diam dan bermain hpnya Nano, walaupun Nano sudah berulang kali menegurnya, tetapi Yuna masih saja tidak peduli dan melanjutkannya. Hingga larut malam tiba, Nano yang mengerjakan sendiri tugas tersebut sementara Yuna bermain hingga tertidur .
            “ Nano.. sabar ya nak ..” Kata si Ibu.
            “ Ia bu, kalau begitu saya pulang dulu bu ..” Sambil merapikan buku, tetapi ia melupakan hpnya.
            Takut untuk membangunkan Yuna yang sudah tertidur pulas, si Ibu membiarkannya tidur di tempat duduk. Tiba-tiba ia terbangun mendengar hpnya Nano berbunyi karena ada sms yang masuk, ia pun membacanya. Sms tersebut membuat Yuna sangat marah, isinya mengenai teman Nano yang tidak menyukai Nano berteman dengan Yuna dan membicarakannya .
            Pagi, ketika di kelas, Yuna mengembalikkan hp Nano dan memarahinya. Nano yang tahu bahwa itu adalh salah paham, menangis dan pergi begitu saja. Yuna yang masih kesal mengenai sms tersebut tidak memperdulikan Nano, ia memarahi Nano sambil berteriak membuat satu kelas malihatnya. Tiba-tiba saja, ia merasa pusing dengan wajah pucatnya dan pingsan.
            “ Yun.. kamu gag apa-apa? “ Kata Nano           
            “ Pergi.. jangan dekat-dekat dengan ku lagi ! “ Jawab Yuna sambil mendorong Nano
            Setelah keadaannya membaik, Yuna langsung mengambil tas di kelas dan pergi tanpa meminta izin untuk pulang sekolah. Nano yang melihat keadaan tersebut sangat sedih dan menyesalinya, dan ia pun mengikuti Yuna karena takut mengenai keadaan Yuna.
            Sesampainya di rumah, Yuna merasa pusing kembali, tangannya yang berkeringat dan mukanya sangat pucat, sayangnya saat itu si Ibu sedang pergi bekerja. Tiba-tiba Yuna terjatuh.
            “ Yuna… Yuna… sadar  Yun… “ Kata Nano.
            Keadaan mereka yang sederhana, tidak memungkinkan Yuna untuk dibawa ke rumah sakit yang mahal untuk di periksa. Yang akhirnya Yuna hanya di istirahatkan di kamarnya. Yuna terus pingsan hingga 2 hari berturut-turut, si Ibu sangat sedih melihatnya dan terus bekerja dari pagi hingga malam untuk mencari uang agar bisa membawa Yuna ke rumah sakit. Sama seperti si Ibu, Nano juga ikut membantu Yuna untuk mencari sumbangan di sekolah, sayangnya sedikit yang mau menyumbangkan uangnya untuk membantu Yuna, mengingat Yuna sangatlah sombong dan tidak peduli dengan keadaannya sendiri.
            Dan ketika di rumah ..
            “ A..duh… kenapa badan ku lemas sekali … Aku lapar “ Kata Yuna.
            Ia pun mencoba untuk berjalan dan mencari Ibunya, sayang.. Ibunya tidak ada di rumah. Ia terus memanggil Ibunya dan menunggunya untuk dibuatkan makanan. Tetapi, karena ia tidak mengetahui Ibunya sedang bekerja, ketika Ibunya sudah pulang dari pekerjaan
            “ Ibu kemana sih ?? Aku itu di rumah sendirian dan lapar, Ibu harusnya ngerti dong .. “  Kata Yuna, dengan nada marahnya
            “ Maaf nak, tadi Ibu.. “
            “ Udah.. sekarang aku lapar “
            Ibunya menangis melihat Yuna bersikap seperti itu, walaupun begitu Ibunya tetap sabar dan membuatkan Yuna makanan seadanya saja. Yuna yang melihat masakan tersebut, tidak memakannya tetapi marah-marah karena yang di masak Ibunya hanya nasi dan sayur petikan dari belakang rumah. Semakin marah dengan keadaannya, ia pun pergi. Tiba-tiba kejadian yang tak terduga menimpa Yuna, ia tertabak mobil ketika berlari. Melihat kejadian tersebut, Ibunya cepat-cepat menolongnya dan tanpa berpikir panjang, langsung membawanya ke rumah sakit.
            “ Yuna.. sadar nak.. “   
            “ Sabar ya bu “ Kata Nano
            Kejadian tersebut membuat Ibunya sangat bingung dan mencari pinjaman uang kemana-mana, namu tidak ada yang mau menolong karena biaya rumah sakit yang begitu mahal dan banyak yang tahu bahwa Ibunya Yuna tidak sanggup untuk membayar. Hingga akhrnya, Ibunya menjualkan rumahnya kepada salah satu temannya, setelah mendapatkan uang, Ibunya langsung kembali ke rumah sakit.
            “ Ibu.. bu.. Kenapa aku tidak bisa mlihat ..?? Kenapa bu?? “ Kata Yuna dengan panik.
            “ Sabar nak.. Karena kecelakaan tersebut dan kondisimu yang lemah, kamu buta ..”
            “ Aku gag mau buta bu… gag mau ..”
            Ibunya telah menyiapkan dirinya untuk di operasi dengan hasil uang di dapat tanpa diketahui oleh Yuna. Nano yang melihat hal tersebut, ingin marah ke Yuna karena perbuatannya selama ini yang tidak sopan dengan Ibunya, walaupun begitu, Ibunya menahan Nano untuk memarahi Yuna dan tidak member tahu Yuna mengenai operasi mata tersebut. Hingga jadwal yang telah ditentukan oleh rumah sakit, operasi pun dilakukan. Operasi tersebut berjalan lancar dan membuat Yuna senang.
            Setelah beberapa hari kemudian, mata yang diperban setelah operasi Yuna pun dibuka. Secara perlahan-lahan ternyata Yuna dapat melihat lagi.
            “ Akhirnya aku dapat melihat lagi ..” Kata Yuna dengan nada senang. “ Dimana Ibu ..??”
            “ Ibu kamu ..” Jawab Nano
            “ Oh.. aku tahu, pasti si Ibu sedang sibuk dengan kerjaannya sendiri tanpa memperdulikan kondisi ku sama sekali ..”
            “ Yuna ..” Bentak Nano
            Setelah istirahat di rumah sakit untuk memulihkan, Yuna pun dapat kembali ke rumah dan bersekolah seperti biasa.  Ketika sesampainya di rumah, Yuna bersama Nano kaget karena ternyata yang menempati rumahnya orang lain yang tidak dikenali Yuna ataupun Nano
            “ Apa yang terjadi disini ??” Kata Yuna, kebingungan .
            Tiba-tiba Ibunya dari belakang sambil membawa tongkat di temani tetangganya datang memanggil Yuna. Yuna yang kaget melihat kondisi Ibunya, tidak memperdulikannya tetapi memarahi Ibunya karena rumahnya sudah di jual.
            “ Yuna ..” Bentak Nano “ Harusnya kamu sadar.. kalau ini dilakukan untuk dirimu “
            “ Nano.. sudah.. tidak apa-apa ..” Kata si Ibu.
            “ Aku benci dengan Ibu .. “
            Tiba-tiba Nano menampar Yuna mengenai perkataannya yang semakin menjadi-jadi dan tidak mensyukuri atas yang terjadi padanya
            “ Kamu itu harus sadar, saat kecelakaan, operasi mata sampai biaya untuk operasi matamu ini adalah jerih payah dari ibu kamu sendiri dari hasil menjual rumah ini, dia rela melakukan ini semua untuk kamu. Dan sekarang kamu bisa melihat karena bantuan dari Ibu kamu, ia buta karena mendonorkan matanya untuk dirimu .. “ Kata Nano
            “ Aku.. “ Yuna terkaget mengenai semua penjelasan yang di beri tahu oleh Nano “ Aku minta maaf bu…” Sambil menangis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar