Kamis, 22 Maret 2012

Mengenai Ogoh-ogoh Di Bali

Menurut Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Buleleng ogoh-ogoh didefinisikan sebagai karya seni para seniman perupa yang memakai bahan dasar dari bambu dan kayu, berbentuk patung besar dan rupanya bisa mengambil tema peran antagonis, pewayangan dan dari ceritra tantri maupun simbul-simbul seperti binatang ini dikenal sebagai salah satu sarana dalam rangkaian perayaan tahun baru Saka, tepatnya sehari sebelum hari raya Nyepi atau yang disebut dengan hari pengerupukan. Secara umum, masyarakat Bali menganggap ogoh-ogoh tersebut sebagai perwujudan bhuta kala atau kekuatan negatif yang biasanya diwujudkan dengan rupa raksasa (setan) yang menyeramkan. Seperti yang dijelaskan dalam definisi yang diberikan oleh Dinas Pariwisata kabupaten Buleleng ogoh-gogoh itu di arak pada hari pengerupukan, yakni sehari sebelum Nyepi. Pada hari pengerupukan ini hampir seluruh desa yang ada di Bali menggelar acara pawai ogoh-ogoh. Pelaksanaan pawai ogoh-ogoh ini biasanya dilaksanakan pada petang hari (sandi kala) sampai malam hari, dengan tujuan untuk menetralisir pengaruh-pengaruh negatif butha kala (setan) sehingga mereka tidak mengganggu kehidupan umat manusia dan berubah menjadi dewa yang menciptakan kebahagiaan bagi umat manusia. Dalam prakteknya, ogoh-ogoh tidak hanya dibuat pada saat perayaan Nyepi saja, ogoh-ogoh juga dapat
dijumpai pada parade atau pawai Pesta Kesenian Bali, ulang tahun Kota Denpasar, dan ulang tahun Kota Singaraja. Bentuk atau wujud ogoh-ogohpun kini tidak terbatas hanya raksasa (butha kala) saja, namun bentuk atau wujud ogoh-ogoh mulai beraneka ragam, ada yang berwujud tokoh kartun, dewa-dewa seperti dewa Ganesha, Rama dan Kresna, dan sampai orang mabuk atau anak punk. Bentuk-bentuk ogoh-ogoh yang seperti tersebut muncul baik itu untuk perayaan pengerupukan ataupun pada pawai Pesta Kesenian Bali atau parade ulang tahun kota atau event lainnya. Dari kenyataan tersebut muncul keragu-raguan di masyarakat Bali apakah ogoh-ogoh itu merupakan suatu budaya yang memiliki nilai yang sakral atau hanya semata-mata untuk pertunjukan atau sebagai barang hasil kesenian saja. Bentuk atau wujud ogoh-ogoh yang beraneka ragam juga memunculkan problema, karena masyarakat Bali secara umum mengenal ogoh-ogoh sebagai wujud setan (butha kala), sedangkan sekarang permasalahannya muncul berbagai bentuk ogoh-ogoh yang beraneka ragam.

Kita atau orang awam pada umumnya memiliki penegertian dari pawai ogoh-ogoh untuk mengusir roh jahat sehingga besoknya ketika nyepi tidak ada roh jahat di bumi,sehingga umat Hindu di bali dapat melaksanakan hari nyepi dengan baik dan tanpa gangguan dari pengaruh yang tidak baik yang diakibatkan oleh roh jahat.tapi ada beberapa pengertian yang lebih mendalam mengenai ogh-ogoh itu sendiri,seperti pengertian Ogoh-ogoh menurut Wilkipedia bahasa Indonesia,”Ogoh-ogoh adalah seni patung dalam kebudayaan bali yang menggambarkan kepribadian Bhuta Khala,” Bhuta berarti waktu yang tidak terukur,sedangkan Khala berarti kekuatan.dari arti kata diatas maka para cendekiawan hindudharma mengambil kesimpulan bahwa proses perayaan Ogoh-ogoh melambangkan keinsyafan manusia akan kekuatan alam semesta,dan waktu yang maha dasyat,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar